Duniatips.web.id Dari
berbagai sesi konsultasi atau tanya jawab, saya sering sekali mendapatkan
pertanyaan seputar Petting dari para remaja yang tentunya belum resmi menikah.
Pertanyaan2 tersebut seputar, apakah petting bisa menyebabkan kehamilan? ato
walaupun ejakulasinya di luar apakah sperma bisa mrembes dan masuk kembali ke
vagina?, dsb.
Memang cinta
dan seks sulit dipisahkan kedekatannya. Kalau sudah cinta, rangsangan untuk
mewujudkannya dalam bentuk hubungan intim yang mesra sangat sulit tertahankan.
Kalo sudah menikah sih gak masalah, tapi gimana dengan mereka yang belum
married dan mengambil petting sebagai jalan keluarnya?
Petting,
memang sering jadi pilihan anak muda sekarang. Yah... karena intercourse tak
diperbolehkan, mereka berfikir kenapa tidak coba cara yang terkesan aman? kan
sekedar ”ketuk-ketuk pintu” doank? ato kalo pake judul lagu, cuma ... knock...
knock... knocking on heaven’s door.
Eiit…! Judul
lagu Guns ‘N Roses ini, meski kedengarannya merdu, tapi tak seaman yang
dibayangkan. Sebab, biar hanya mengetuk pintu atau senggol sana senggol sini,
biasanya ejakulasi tetap bisa terjadi, selanjutnya sperma keluar walaupun
berada di luar vagina.
Nah, sperma
yang dikeluarkan di luar vagina (outercourse), tidak menjamin akan tidak
menimbulkan kehamilan (kalo itu digunakan untuk alasan ber-petting ria). Perlu
diingat juga, biar pun kadang – kadang heavy petting dilakukan dengan pakaian
dalam masih menempel, sperma yang gesit bisa saja menembus pori – pori kain.
Jalan sperma tangkas ini dipermudah oleh lubrikasi (keluarnya cairan pelumas)
pada vagina yang terangsang. Jadi, resiko kebablasan, tetap saja ada.
Resiko
petting yang lain adalah date rape. Awalnya, pasangan sepakat untuk saling puas
tanpa hubungan intim yang sebenarnya, eh, ternyata mood makin meningkat dan
adrenalin makin deras. Apa daya, pria yang tak mampu lagi menahan hasratnya,
pasti mulai agak maksa untuk ’buka pintu’. Kalo udah gini, tentu saja keadaan
makin kritis. Biar nurani dan etika masih tak mengizinkan, tetapi kondisi sudah
menghanyutkan., akibatnya... perlawanan wanita cuma setengah – setengah alias
tak sepenuhnya. Berikutnya, bisa saja penyesalanlah yang terjadi kemudian.
Lalu, apakah
dengan begitu petting mesti harus sama sekali dihindari? Asal tahu saja,
petting bagi pasangan yang sudah menikah, adalah pemanasan alias foreplay.
Artinya, tujuan akhirnya memang hubungan seks, jika pasangan suami istri
tersebut berhenti ditengah – tengah, pasti malah bikin terengah – engah dan
’pusing 7 keliling’.
Terakhir,
bila cinta masih bisa terpuaskan dengan saling menyentuh atau mencium, kenapa
tidak? Tapi, keputusan untuk (tidak) melakukannya, betul – betul terserah pada
iman dan penalaran anda masing2. (dr. iwan)